Impian vs partikel kemalasan


Sekilas tergilas dalam gelapnya ruang

tak nampak cahaya gemilang benderang
Tertekuk lutut menciumi pijakan
terbebani massa partikel kemalasan yang menghujat
Pikiran mulai larut dalam zona nyamannya
sayup mata ingin menutup diri…

Sorakan nurani mulai bergemuruh,
sel-sel otak tak ingin tinggal diam
Mereka berlari mengejar kembali impian yang pernah terusir dan tersisihkan oleh keangkuhan partikel kemalasan,
Impian yang pernah terasah tajam, namun lama-kelamaan tumpul terkikis oleh partikel kemalasan,

Mulut berucap, “impian itu, apa kabarnya kini? masih ingatkah dia kepadaku si penciptanya?”

Sambutan tangan kawan lantas memberi arti,
Mereka berkata, “genggamlah aku, kubantu engkau berdiri dengan benar!”
Tanganku bergetar ingin menyambutnya, namun partikel kemalasan itu memperbanyak dirinya,
“bangunlah kawan, lawan partikel kemalasan itu, jangan sampai ia menguburmu terlalu dalam, ayo kita jemput impian itu”

Kucoba untuk bangkit dan mencoba mengukir kembali komitmen bersama impian itu di atas kertas, sebagai prasasti yang tak boleh terlupakan…
Tengoklah prasasti itu, jika partikel kemalasan mulai merasukimu
Berpegang teguhlah pada komitmen yang terukir di dalamnya, jangan hanya dijadikan pajangan semata…


Oleh: Risma Amalia

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.